Sebagai seorang remaja, Nic Newling menderita penyakit mental yang melumpuhkan, bahkan psikiater Profesor Gordon Parker menyebutnya sebagai penyakit yang sudah parah.
Kini, Nic, yang berusia 28 tahun, menjalani kehidupannya dengan penuh warna: ia punya pacar, pekerjaan dan menganggap dirinya "lebih stabil ketimbang kebanyakan teman-temannya yang tak memiliki gangguan bipolar". Bagaimana cara Nic bisa bangkit dari gangguan bipolar?
Nic Newling adalah salah satu penderita gangguan bipolar yang beruntung. Prof Gordon, pendiri Institut Black Dog, mendiagnosa Nic dengan gangguan bipolar, empat tahun setelah ia menderita penyakit ini.
Diagnosa itu dan rencana perawatan yang disusun membuat Nic menjalani pemulihan.
Ironisnya, warga Australia dengan gangguan bipolar rata-rata menunggu hingga 10 tahun atau lebih sebelum mendapatkan diagnosa, jika memang mereka memeriksakan diri. Inilah yang khususnya terjadi pada kasus bipolar Tingkat II, yang menurut Prof Gordon masih kurang dipahami ketimbang bipolar Tingkat I.
"Banyak praktisi kesehatan memiliki sedikit pengalaman dengan bipolar Tingkat II dan karena itu enggan untuk mendiagnosanya dan ini menyebabkan penanganan yang tidak memuaskan," jelas Prof. Gordon.
Bipolar Tingkat I dan II ditandai dengan pasang surut suasana hati, tapi pada kasus bipolar Tingkat I situasinya lebih ekstrim, dengan penderita mengalami psikosis dan sering berakhir di rumah sakit.
Bipolar Tingkat II, dimana tak ditemukan psikosis, lebih umum dijumpai, tetapi penderita sering tak terdiagnosis.u
Penyakit Nic Newling datang pada saat ia berusia 13 tahun.
"Ini dimulai dengan perasaan sedih dan merasa cemas dan kemudian semacam pindah ke situasi di mana saya tak menggenggam realita dengan benar," tutur Nic.
Kondisi ini semakin buruk dan Nic memiliki pikiran untuk berbuat kekerasan, dan mengatakan kepada ibunya, Jayne Newling, "Saya ingin membunuh orang-orang."
"Saya seperti hidup dalam mimpi buruk. Saya tak bisa mengontrol pikiran sendiri, takut akan pikiran saya sendiri," cerita Nic. Kakak Nic, yakni Ben Newling, mengenang: "Ada hari-hari dimana Nic benar-benar tak meninggalkan kamarnya ... dan itu berhari-hari."
Selama empat tahun berikutnya, dokter mendiagnosa Nic dengan depresi, gangguan obsesif kompulsif dan skizofrenia.
Ia memiliki pikiran untuk bunuh diri, menghabiskan waktu di bangsal psikiatris, mengambil berbagai obat-obatan dan bahkan menjalani terapi elektrokonvulsif, sebuah pengobatan yang dilakukan untuk kasus yang paling ekstrim.
Meski demikian, baik terapi atau pil yang diresepkan kepada Nic tak bekerja dengan baik, dan sifat melemahkan dari penyakit ini memaksanya untuk putus sekolah.
Melihat pengalamannya itu, Nic merasa beberapa dokter tak menanyainya pertanyaan yang tepat.
"Dengan dokter spesialis, ada sedikit bias konfirmasi bahwa hal itu bisa terjadi ... ia mengajukan beberapa pertanyaan tertentu dan saya hanya bilang, 'Ya, itu terdengar seperti sesuatu yang saya alami', jadi saya agak berpikir bahwa saya menderita sesuatu yang tidak saya alami," terangnya.
Prof Gordon, yang bertemu Nic ketika ia berusia 15 tahun, sepakat.
"Hal yang mengganggu bahwa siapapun yang mengalami gejala ini bisa mendapatkan diagnosa A ketika menemui satu dokter, dan mendapatkan diagnosa B ketika bertemu dokter lainnya," ujar sang Profesor.
Sebagian dari masalahnya adalah bahwa gejala bipolar terjadi pada sejumlah penyakit mental lainnya.
Profesor Gordon mendiagnosa Nic dengan bipolar tingkat II ketika ia berusia 16 tahun.
Saat itu, ia selalu berupaya bunuh diri dan berada di bawah pengamatan rumah sakit jiwa ketika Profesor Gordon mengunjungi dan menyaksikannya memiliki kegilaan yang tinggi. Hal itu mengkonfirmasi kecurigaannya akan gejala bipolar yang diderita Nic.
Bagi ayah Nic, yakni Phil Newling, diagnose Prof Gordon itu adalah ‘momen yang melegakan’.
"Kami sangat gembira. Kami sangat lega bahwa akhirnya seseorang mengatakan kepada kami apa yang salah dengan anak kami," tutur Jayne Newling.
Nic kemudian mengikuti program pengobatan holistik yang meliputi obat-obatan, pendidikan dan rencana kesejahteraan.
Profesor Gordon mengatakan, memahami penyakit ini dan perubahan suasana hati sangatlah penting, seperti gaya hidup sehat yang tak melibatkan obat-obatan, konsumsi alkohol yang moderat, banyak tidur dan bahkan konsumsi minyak ikan.
Selama beberapa tahun berikutnya, kondisi Nic membaik, perlahan tapi pasti.
"Merasa lebih baik setelah jangka waktu yang lama ... di situlah saya menyadari bahwa saya punya masa depan dan saya ingin memiliki masa depan," katanya.
Prof Gordon mengatakan, kasus Nic sungguh tak lazim dalam tingkat keparahan, gejala awal dan diagnosa dini, tapi ia yakin kisah Nic bisa memberi harapan bagi para penderita lainnya.
Teori tentang bipolar
Gangguan bipolar biasanya dikenal sebagai manik depresi, yang ditandai dengan perubahan mood yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania. Depresi merupakan suatu keaadaan dimanaindividu merasa putus asa dan takut, meragukan dirinya dan orang-orang disekitarnya, dan berharap untuk mati. Kemudian pada keadaan mania, individu mengalami kebahagiaan yang berlebihan, memiliki energi yang luar biasa, harga diri meningkat, dirinya dipenuhi oleh ide-ide dan kepercayaan diri.
Pada gangguan bipolar, individu mengalami beberapa episode depresi dan pada waktu-waktu tertentu secara tiba-tiba mengalami episode manik (keadaan mania) tanpa sebab ekternal. Bipolar disorder terbagi ke dalam beberapa tipe:
·Tipe I melibatkan keadaan-keadaan manik (mania), dengan atau tanpa keadaan-keadaan depresi.
·Tipe II melibatkan depresi yang diselingi oleh hypomania. Hypomania adalah bentuk ringan dari keadaan mania dengan level intensitas lebih rendah.
·Tipe III dari bipolar disorder, termasuk dalam cyclothymia, yaitu golongan yang lebih ringan dari bipolar dengan mood berubah secara cepat selama pengalaman hypomania yang ditandai simptom depresi.
II. Faktor-Faktor Penyebab
a.Genetik
Penelitian genetik memperkirakan bahwa pewarisan gangguan bipolar cukup tinggi, dengan perkiraan sekitar 20% - 45%. Anak memiliki resiko tinggi apabila memiliki orang tua yang didiagnosa memiliki gangguan bipolar. Penelitian menemukan bahwa gangguan bipolar terjadi pada 5,4% anak dari orang tua yang bipolar, sedangkan anak dari orang tua yang sehat tidak ada yang memenuhi kriteria diagnosis.
b.Keluarga
Individu dengan gangguan bipolar kemungkinan berasal dari keluarga yang memiliki setidaknya salah satu orang tua menderita gangguan tersebut. Namun, hasil pewarisan tersebut kurang dari 100%, dan selain itu aspek lain dari lingkungan keluarga dapat mempengaruhi perkembangan anak.
c.Neurokimia dan Gangguan mood
Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait dengan gangguan bipolar dimana tingkat norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga menyebabkan depresi.