Senin, 31 Oktober 2016

Contoh Kasus Gangguan Psikologi dan cara penanganannya (Tugas 2)

·         Contoh Kasus:

Vika adalah seorang siswa kelas 5 yang memiliki nilai hasil belajar terendah di kelasnya. Nilai rendah tersebut tidak hanya untuk satu atau dua mata pelajaran saja, tetapi hampir semua mata pelajaran. Dalam proses kegiatan belajar mengajar Vika terlihat sulit sekali menerima materi pelajaran. Selain itu Vika juga tidak bisa fokus terhadap pelajaran. Ia lebih suka bermain dan mengganggu teman sebangkunya. Tidak jarang guru seringkali menegurnya lantaran mengganggu konsentrasi siswa lain. Sayangnya Vika tidak lantas diam dan fokus pada pelajaran hingga jam pelajaran selesai. Beberapa menit kemudian ia kembali mengganggu temannya dan tidak fokus pada pelajaran. Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan guru pun sering tidak ia kerjakan.
Hasil analisis menunjukan, Vika mengalami kesulitan belajar  (Learning Difficulty). Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan dalam belajar spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar, yaitu:
1.      Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Dalam membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi 2 faktor, yaitu faktor fisilogis dan faktor psikologis.
a.       Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berperan terhadap kemampuan bagi seseorang, anak yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan anak yang ada dalam kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk sehingga dalam kegiatan belajarnya mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran.
b.      Faktor Psikologis
Adapun yang termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar antara lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan (Slameto, 1999 : 55).

2.      Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :
a)      Keluarga, yang meliputi cara orang mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b)      Sekolah, yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c)      Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

·         Cara Penanganan
1.      Menjelaskan kepada Vika akan pentingnya belajar, baik untuk sekarang maupun masa depan.
2.      Memberikan perhatian yang lebih dalam kegiatan proses belajar mengajar. Maksudnya jika Vika belum memahami suatu materi, guru harus dengan sabar menjelaskannya kembali dengan kata-kata yang mungkin lebih mudah dimengerti.
3.      Mengajak peran serta orang tua untuk ikut membantu dan mengawasi Doni dalam kegiatan belajar di rumah.
4.      Memotivasi Vika untuk giat belajar dengan kata-kata persuasif.

Namun, ada cara yang mempermudah peran orang tua dalam menangani permasalahan tersebut, salah satunya dengan Pelayanan konseling melalui fasilitas internet sudah dikenal dengan nama e-counseling ( email counseling ).
Email counseling merupakan proses terapeutik yang didalamnya terdapat kegiatan menulis selain ada kegiatan pertemuan secara langsung dengan konselor.  Karena, esensi e-counseling terletak pada menulis. Respon atau bantuan yang diberikan konselor bergantung pada informasi yang diberikan.  Konseli pun tidak perlu mengirimkan seluruh cerita mengenai masalah yang dihadapi, cukup dengan memilih informasi yang dirasakan pada satu situasi yang merupakan masalah.
E-mail merupakan cara paling baru dibandingkan dengan cara-cara yang lain untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif melalui internet. Hal ini  tidak bermaksud untuk menggantikan konseling tatap muka ( face to face ), tetapi dapat  menjadi salah satu cara dalam membantu konseli untuk memecahkan masalahnya meskipun dalam keadaan jauh dalam hal tanpa bertemu langsung dengan konselor.
Email counseling merupakan satu cara untuk berkomunikasi antara konseli dengan konselor yang didalamnya dibahas mengenai masalah-masalah yang dihadapi koseli, misalnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian dan kehidupan konseli melalui surat atau tulisan pada internet.  Selain e-mail juga bisa dalam bentuk chatting dimana konselor secara langsung berkomunikasi dengan klien pada waktu yang sama melalui internet.

·         Sumber :

https://drizcade.wordpress.com/2010/04/18/layanan-bimbingan-konseling-berbasis-teknologi-informasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar